Minggu, 10 Oktober 2010

Mie dan Sejarahnya

Mie merupakan salah satu jenis makanan yang paling populer di Asia khususnya di Asia Timur dan Asia Tenggara. Menurut cerita legenda, mie pertama kali dibuat dan diproduksi di daratan Cina kira-kira 2000 tahun yang lalu di bawah kekuasaan dinasti Han. Dari Cina, mie berkembang dan menyebar ke Jepang, Korea, Taiwan, Indochina, dan Asia Tenggara, bahkan meluas ke seluruh dunia, termasuk Amerika Serikat dan daratan Eropa.

Sesungguhnya seni menggiling gandum dan pembuatan roti telah lebih dahulu berkembang di Timur Tengah: Mesopotamia, Mesir, dan Persia. Logikanya mie juga mula-mula dikembangkan dan diajarkan sebagai lembaran roti yang tidak mengembang, yang di Cina tampaknya mie mendapat perhatian sangat khusus dalam pengembangannya.

Dalam bahasa Inggris mie disebut noodle, yang sebenarnya berasal dari bahas Jerman, nudel. Asal istilah tersebut tidak jelas. Secara tradisional di antara masyarakat Cina, mie karena bentuknya yang panjang sering digunakan simbol umur panjang, dan selalu disajikan dalam pesta ulang tahun. Tetapi bukan hanya pada peringatan ulang tahun, melainkan juga pada saat upacara pemakaman dengan harapan mereka yang ditinggalkan memiliki umur yang panjang.

Dengan berkembangnya produk mie dan teknologi pembuatan mie, maka pembuatan mie tidak lagi terbatas hanya dari bahan mentah utama terigu (mian) saja, tetapi mie dapat dibuat dari tepung beras yang di sebut bihun (fen), dari pati kacang hijau yang disebut so’un (fensi), serta yang terbuat dari tepung terigu dan beras yang disebut shomein. Ketika tepung soba (buck wheat) telah menjadi salah satu bahan pangan pokok, mulailah diperkenalkan mie dari soba.

Secara tradisional, khususnya di Cina Utara pembuatan mie terigu dilakukan dengan cara melempar-lempar adonan ke udara sehingga menjadi tali temali yang panjang, kemudian ditarik, dilipat, dan dipotong sehingga menjadi benang atau tali. Adonan mie yang dibuat dengan cara tersebut dapat menghasilkan tali-tali tebal seperti macaroni. Dengan teknik khusus, yaitu jika penarikan dilakukan 12 kali dan pelipatan dilakukan sebanyak 11 kali maka akan menghasilkan produk mie yang disebut mie jenggot atau ‘Jenggot Naga’. Sifat mie jenggot naga tersebut renyah dan dapat dibentuk menjadi sarang burung, kemudian digoreng dan disajikan bersama dengan spano kuk di dalam sop yang lezat. Mie jenggot naga biasanya digunakan sebagai hidangan penutup dalam suatu pesta andrawina yang canggih.

Produksi Mie Secara Komersial
Sejak mie diproduksi secara manual, manusia selalu memimpikan memproduksi mie secara mekanis, menggunakan suatu alat. Baru kira-kira 700 tahun yang lalu manusia berhasil membuat mie berukuran kecil dengan menggunakan alat mekanik.

Revolusi pembuatan mie secara mekanik baru terjadi setelah T. Masaki berhasil menciptakan mesin pembuat mie pada tahun 1854. Sejak memasuki abad ke-20, mie telah banyak dikenal dan digemari oleh masyarakat di luar Cina dan Jepang. Sejak saat itu, mie mengalami banyak perkembangan. Dari mie yang dihidangkan dingin dan sangat terkenal di Cina, kemudian di Jepang juga dikembangkan mie instan dengan nama Chicken Ramen (1957) dan pada tahun 1962 muncul mie instan baru dengan nama Saporo Ramen. Pada tahun 1964 bermunculan berbagai industri yang memproduksi mie instan Cina dengan bungkus Polietilen yang dapat direkatkan dengan panas, hingga berkembang menjadi bahan pembungkus Polysteren yang mampu menyimpan panas cukup lama pada tahun 1971, dengan bentuk cangkir atau mangkuk. Dengan perkembangan wadah baru tersebut, konsumen dapat memegang cangkir atau mangkuk yang berisi produk sangat panas tanpa tangannya kepanasan.

Untuk menjaga kesegaran mie dalam waktu yang cukup lama, telah berhasil ditemukan teknologi pembekuan pada tahun 1974. Mulai tahun 1977, teknologi pembekuan dan pengeringan diterapkan dalam produksi mie instan secara komersial.

Jenis Mie di Pasaran
Berdasarkan kondisi sebelum dikonsumsi, mie dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok, yaitu mie basah, mie kering, mie rebus, mie kukus serta mie instan, baik dalam kemasan polietilen maupun dalam kemasan polysteren yang dikenal juga sebagai sterofoam (bentuk cangkir maupun mangkuk).

Pada umumnya, mie basah merupakan mie yang belum dimasak (nama-men). Mie basah merupakan jenis mie Cina yang paling populer, banyak dijual di berbagai toko maupun restoran. Jenis mie basah tersebut jarang dijumpai di pasaran. Sedangkan mie kering (kan-men) merupakan istilah umum yang digunakan untuk so-men, seperti misalnya hiyamugi, udon, hira-men, dan soba. Jenis mie kering tersebut merupakan mie yang palng populer di masyarakat Jepang. Mie tersebut dapat disimpan sebelum diolah menjadi helaian mie basah.

Mie rebus (yude-men) adalah nama populer dari udon. Sedangkan mie kukus (mushi-men) merupakan jenis mie Cina yang dapat dikukus maupun direbus. Mie kukus biasanya ditumis dengan sayur terlebih dahulu sebelum disajikan sebagai yaki-soba. Mie instan dapat berbentuk dalam kemasan polyetilen yang tiap helainya telah mengalami pengerasan, dan dikeringkan menggunakan oven yang relatif sangat panas. Kelompok mie tersebut dapat dibagi menjadi mie yang telah diperkaya atau dicampur dengan bumbu yang terpisah kemasannya. Sedangkan mie dalam kemasan sterofoam, dilengkapi dengan bumbu, sayuran, udang atau daging kering yang terpisah. Produk tersebut dapat dikonsumsi setelah dituangi air panas ke dalam wadahnya dan dibiarkan selama kurang lebih 5 menit.
Sumber: kaskus

Lihat Juga:
restaurant
cafe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar